Penerapan Filosofi Huruf Jawa dan Semboyan Ki Hajar Dewantara Dalam Berinteraksi
Penerapan Filosofi Huruf Jawa dan Semboyan Ki Hajar Dewantara Dalam Berinteraksi
Oleh : M. Arifin, SSi, MT
Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen merupakan salah satu perangkat daerah yang mengampu urusan kepemudaan dan olahraga, dan urusan kepariwisataan. Dua urusan berbeda dengan segmen masyarakat atau stakeholders yang berbeda pula, sehingga memerlukan pendekatan kepemimpinan yang tidak sama untuk kedua urusan tersebut.
Urusan kepemudaan dan olahraga lebih banyak berinteraksi dengan organisasi kepemudaan dengan berbagai latar belakang kondisi sosial ekonomi dan politik yang berbeda, sangat memerlukan pendekatan yang bersifat kemitraan, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi.
Kabupaten Kebumen dengan populasi penduduk usia produktif (usia muda) cukup tinggi, ini adalah modal utama suatu daerah untuk melaksanakan pembangunan. Sumberdaya manusia dengan tingkat pendidikan menengah atas atau pada skala terampil merupakan potensi yang sangat berharga, disamping keberadaan sumberdaya alam berupa tanah pertanian dan bahan baku lainnya yang masih sangat mencukupi.
Namun, potensi sumberdaya manusia tersebut manakala tidak dikelola atau diarahkan pada suatu sasaran yang tepat, akan sangat berbahaya, bahkan sebaliknya akan menjadi ancaman terhadap pembangunan daerah, sosial politik yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Pada masa pandemi covid-19 akhir ini, dimana semua sector ekonomi melemah, kebutuhan hidup semakin tinggi, sementara ruang gerak masyarakat sangat terbatas, permasalahan konflik sosial akan sangat mudah terpantik. Masyarakat khususnya generasi muda yang mempunyai potensi energi cukup besar, perlu ada penyaluran pada hal-hal yang bersifat positif.
Disinilah perlunya pendekatan kepemimpinan yang humanis dan paham akan akar permasalahan sosial di masyarakat. Dengan jumlah staf di Dinas Porawisata yang terbatas, kami mencoba untuk bisa bekerjasama dengan elemen organisasi kepemudaan maupun organisasi keolahragaan seperti KONI, KNPI, Karangtaruna, kepemudaan pada ormas Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama; untuk memberi ruang gerak kegiatan sehingga energi mereka dapat tersalurkan.
Event-event olahraga seperti turnamen futsal, judo, bulutangkis, renang dan lainnya diupayakan tetap diselenggarakan meskipun dengan protokol Kesehatan yang cukup ketat. Ternyata hal ini cukup efektif untuk meredam gejolak konflik horizontal dikalangan pemuda. Kemudian juga peringatan-peringatan hari besar seperti Sumpah Pemuda, hari Santri Nasional, keterlibatan pemuda perlu kita kedepankan sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan tersebut.
Filosofi huruf Jawa, ketika dipangku maka akan mati, itu kami terapkan untuk melakukan interaksi dengan elemen masyarakat yang notabene sedang mengalami gejolak, maka penggunaan diksi dan intonasi atau tutur kata yang sopan dan halus akan berdampak melunaknya emosional yang sudah meningkat.
Sedangkan pada internal kedinasan pada Disporawisata, kami terapkan azas keteladanan dengan menggunakan semboyan dari Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mbangun karsa, tutwuri handayani. Prinsip ini kami terapkan untuk membangun integritas ASN di lingkungan Disporawisata.
Bahwa ASN selaku birokrasi tentunya berpegang teguh pada regulasi atau aturan, dan dalam prakteknya sebuah birokrasi prinsipnya adalah pelayanan prima pada masyarakat selaku klien kami. Sehingga ukuran keberhasilan atau ukuran kinerja kami adalah manakala meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kami.
Ada perbedaan manajemen kepemimpinan yang kami terapkan antara urusan kepemudaan dan olahraga dengan urusan kepariwisataan. Pada urusan kepariwisataan, penanganannya cukup santai tapi serius, artinya tantangan yang kita hadapi cenderung pada bagaimana dapat meraih sebuah peluang, dengan segala keterbatasan yang ada. Pada masa pandemic seperti yang sudah kami ceritakan di atas, dampak pada sector pariwisata juga sangat dirasakan. Target pendapatan asli daerah (PAD) pada sektor pariwisata sangat berat untuk dapat dipenuhi, hal ini karena hampir dua tahun semua obyek wisata mengalami penutupan. Dampak ini juga sangat dirasakan oleh para pelaku wisata yang menggantungkan penghasilan dari kunjungan para wisatawan. Disamping itu pula dengan keterbatasan anggaran yang dikelola oleh Disporawisata (dan tentunya juga oleh dinas lainnya) dengan adanya kebijakan pemerintah pusat untuk dilakukan refocusing, cukup berpengaruh pada pengembangan destinasi obyek pariwisata yang terutama dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen.
Tetapi tentunya kita tidak menyalahkan pihak manapun dengan kondisi seperti itu, karena tentunya pandemic covid-19 bukan atas kehendak kita. Apakah kita akan berpangku tangan menghadapi hal tersebut (?) tentunya tidak.
Maka strategi yang kita ambil adalah bagaimana dengan anggaran yang minim tetapi masih dapat memberikan benefit yang tinggi atas pengelolaan pariwisata. Yaitu kita tidak semata-mata mengejar target PAD pada sektor pariwisata saja, tetapi bagaimana agar dengan pariwisata kita bisa meningkatkan pendapatan masyarakat (baca:kesejahteraan masyarakat).
Untuk itu melalui Bidang Pemasaran kita dorong agar obyek wisata bukan saja yang dikelola oleh pemerintah, agar bisa mempersolek diri agar banyak dikunjungi wisatawan. Obyek wisata yang dikelola oleh swasta, komunitas maupun Bumdes kita bantu untuk pemasarannya melalui penyertaan pada paket wisata yang akan kita gandeng dengan biro pariwisata.
Pada internal Dinas Porawisata, kita tanamkan bahwa kepuasan wisatawan adalah target utama kita. Oleh sebab itu ada atau tidak ada wisatawan yang berkunjung hari itu, sapta pesona tetap kita tekankan untuk dilaksanakan.
Secara keseluruhan, bahwa keteladanan seorang pemimpin sangat menentukan keberhasilan kerja dari sebuah tim work. Oleh sebab itu bagaimana kita bisa memberikan sebuah keteladanan, manakala diri kita sendiri belum memiliki integritas yang baik (?) Perbaikan pada diri sendiri sangatlah penting, bahwa setiap manusia tidak luput dari salah dan dosa, itu betul. Tetapi prinsip bahwa keterbukaan dan jiwa gentleman untuk mengakui kesalahan diri sendiri, dan memberi apresiasi terhadap kerja staf yang baik juga sangat penting. Tidak perlu takut akan dilecehkan oleh anak buah, justru sebaliknya, manakala kita mengakui kekhilafan diri kita sendiri, anak buah akan lebih respek dan salut atas jiwa besar seorang pimpinan.
Terakhir, harapan kami untuk dapat mewujudkan visi Bersama Menuju Masyarakat Kebumen yang Sejahtera, Unggul, Berdaya, Agamis dan Berkelanjutan, perlu kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas dari segenap anggota KORPRI di Unit Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata kabupaten Kebumen. Apalagi pada usia KORPRI yang menginjak angka 50 tahun, maka tingkat kedewasaan sebuah lembaga sudah cukup teruji dan tentunya replikasi sifat kepemimpinan yang inovatif sudah dapat berjalan merambah kepada anggota KORPRI yanag lainnya.